kuhabiskan hari-harikudengan kesabaran yang sakitmulut penuh udaramemekikkan kehilanganpada beratus maghrib
aku bagai udara yang menyemburdari mulutku sendirilelawa merekat telingakudengan kebenciandan tukang sulap itumengiris matanya dalam gelas
sebuah pasar malamtak mampu menahan bayanganku untuk pergi. Kuku yang pecahrasa mencintai yang pernah singgahlepas. Kudengar batu-batu menjawab hatikubagai palu kayu ditangan seorang hakim
cadarku mengerastertawa dan menangismenggoreskan rambutpada tembok-tembok sial
engkau dan kegilaankubegitu kukenaldari wajah orang-orang asingyang memiliki kota ini
dan selalu kupikirkanbagaimana mereka memenjarakanmudalam lagu duka itu.
---
Send in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/embunkelana/message
Podchaser is the ultimate destination for podcast data, search, and discovery. Learn More